Karakteristik atau ciri-ciri "termudah dikenali" sebuah aliran sesat atau kelompok ‘Islam sempalan’ ialah mereka memiliki pemahaman dan praktek ibadah yang berbeda dengan kebanyakan umat Islam. Ciri utama aliran sesat lainnya adalah mengklaim paling benar dan menyalahkan bahkan mengkafirkan orang di luar kelompoknya.
Eksistensi aliran sesat yang muncul dari dalam tubuh umat Islam sudah disinyalir dalam Al-Quran:
"Barangsiapa yang menyimpang dari rasul setelah terang padanya petunjuk itu, dan mengikuti jalannya selain kaum mukminin, Kami akan gabungkan dia dengan orang-orang sesat dan Kami masukkan dia ke neraka Jahannam" (QS. An-Nissa:115).
"Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (syubhat dan hawa nafsu), nescaya bila kamu ikut jalan-jalan itu akan menyimpangkan kalian dari jalan Allah" (QS. Al-An'am:153).
Menyeleweng dari jalan Islam itu bererti menyimpang pula dari Al-Jamaah, keluar dari jamaah Islam, dan sekarang ini orang mengistilahkan dengan ‘Islam sempalan’ atau aliran sesaat, yakni aliran pemahaman Islam yang sesat dan menyesatkan.
Ciri-Ciri Aliran Sesat
Penilaian termudah terhadap kelompok ‘Islam sempalan’ ialah mereka memiliki pemahaman dan praktek ibadah yang berbeda dengan kebanyakan umat Islam. Ciri utama lainnya adalah mengklaim paling benar dan menyalahkan bahkan mengkafirkan orang di luar kelompoknya.
Umat Islam yang masih awam pengetahuan dan pemahaman keislaman dan keumatannya sering dibuat bingung dengan kemunculan tokoh, gerakan, atau kelompok yang memiliki pemahaman dan praktek ibadah yang berbeda dengan kebanyakan umat Islam lainnya. Misalnya, kiblatnya bukan ke Ka’bah, tidak mau sholat berjamaah dengan orang yang bukan anggota kelompoknya, menganggap orang luar jamaahnya kafir (bukan Islam), memiliki imam, pemimpin, khalifah, atau wali tersendiri, dan masih banyak lagi.
Ada juga –mungkin banyak— kelompok sempalan yang memungut uang dari anggotanya, dikenal dengan ‘uang hijrah’. Kelompok ini bahkan dianggap “UUD” –Ujung-Ujungnya Duit. Lebih parah lagi, kelompok ini kemudian mendoktrin anggotanya, seperti anjuran mencuri barang orang lain selain anggota kelompoknya, bahkan mengkafirkan orang tua.
Jika ditelaah, kelompok sempalan atau aliran sesat umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut:
Pertama, memiliki pemahaman dan praktek ibadah yang berbeda dari kebanyakan umat Islam atau melakukan pemikiran dan perbuatan bid’ah (mengada-adakan sesuatu yang baru dalam ibadah atau beragama).
Kedua, pemahaman dan praktek keagamaan yang lain daripada yang lain itu biasanya dimulai di level pengajian-pengajian, majelis taklim, atau ‘pengajian kecil’ yang dilakukan secara tertutup, bahkan pada waktu-waktu tertentu, misalnya tengah malam.
Ketiga, menganggap kelompoknya paling benar dan menyalahkan bahkan mengkafirkan orang lain.
Keempat, memiliki pemimpin yang dianggap sebagai ‘imam’, lalu ada pemimpin-pemimpin berjenjang di bawahnya. Tidak jarang sang imam ini dianggap ‘orang suci’ atau wali yang sangat dekat dengan Allah.
Kelima, tidak sedikit yang menjadikan ayat, hadits, dan ‘Islam’ sebagai kedok belaka untuk kepentingan duniawi, seperti bisnis, politik-ekonomu, status sosial, atau hal material lainnya.
Keenam, tidak jarang kelompok ‘Islam sempalan’ ini merupakan rekayasa pihak luar Islam, atau setidaknya didukung penuh oleh kaum kuffar dan munafiqin, untuk menghancurkan citra Islam.
Umumnya orang terjerumus atau masuk ke dalam kelompok sempalan/aliran sesat adalah mereka yang sangat awam dalam pemahaman Islam, mencari ketenangan batin sehingga menjadikan kelompok itu sebagai pelarian dari masalah hidupnya, atau sekadar ingin ‘tampil beda’.
Dengan kata lain, berangkat dari kurangnya pemahaman terhadap Islam membuat seseorang bisa terjerumus ke dalam sebuah kelompok sempalan. Kelemahan itulah yang biasanya dimanfaatkan para pemimpin atau aktivis sempalan agar kaum muslimin mau masuk dan bergabung ke dalam kelompok yang dibuatnya. Dengan berkedok sebagai kelompok Islam yang paling benar dan memainkan ayat-ayat suci Al-Quran, mereka melancarkan doktrinasinya untuk bisa mempengaruhi.
Ulama Benteng Akidah Umat
Para ulama sebagai pewaris para nabi (waratsatul ambiya) kita harapkan cepat bertindak, meluruskan pemahaman yang sesat dan tanpa dasar nash, lalu membentengi umat Islam dari pengaruh pemahaman yang salah itu.
Kita yakin, dengan integritas keilmuan dan wawasan keagamannya, plus sifatnya yang ‘hanya takut kepada Allah SWT’, para ulama dapat bertindak bijak dengan bimbingan Allah, untuk membuat kelompok aliran sempalan kembali ke pangkuan jamaah Islam.
Kita juga berharap, para ulama atau tokoh Islam dapat lebih berkonsentrasi dalam membina umatnya, agar tidak terjebak ke dalam aliran sempalan yang tampaknya sulit dibendung itu. Energi para ulama yang kini banyak tersedot ke dalam ‘politik ptaktis’, membuat mereka ‘kurang tenaga’ untuk membina iman dan takwa umat yang menjadi tanggung jawab utamanya.
Kehadiran kelompok sempalan/aliran sesat harus pula diambil hikmahnya. Antara lain, hal itu membuktikan masih banyaknya umat Islam yang awam tentang agamanya, juga tidak sedikit umat Islam yang ternyata tidak terbina dan merasa tidak nyaman berada dalam keluarga besar umat Islam (jamaah Islamiyah), sehingga mereka harus ‘menyempal’ dari jamaah Islam, lalu terjebak pada kelompok sesat dan menyesatkan. Wallahu a’lam bish-shawabi.*
No comments:
Post a Comment