Thursday, April 23, 2015

Rutin Beramal, Meski Sedikit, Disukai Allah SWT

Rutin Beramal, Meski Sedikit, Disukai Allah SWT
Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinyu (terus-menerus) walaupun sedikit.
 
YANG dimaksud amal dalam Islam adalah perbuatan baik yang mengandung manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Dengan cara beramal itulah kehidupan seorang Muslim akan berkah, bahagia di dunia dan akhirat.

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan" (QS. An-Nahl:97).

Amal ibadah atau kebaikan harus dilakukan terus-menerus, rutin, sepanjang waktu. Seorang ulama mengatakan, sesungguhnya orang yang saleh adalah orang yang rajin ibadah sepanjang tahun.

Sahabat Nabi Saw, ’Alqomah, pernah bertanya pada Sitiu ’Aisyah mengenai amalan Rasulullah Saw, ”Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal?” ’Aisyah menjawab, ”Beliau Saw tidak mengkhususkan waktu tertentu untuk beramal. Amalan beliau adalah amalan yang terus-menerus.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Masih dari ’Aisyah, Nabi Saw bersabda, ”Wahai sekalian manusia, lakukanlah amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (terus-menerus) walaupun sedikit.”

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ


Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan, ”Yang dimaksud dengan hadits tersebut adalah agar kita bisa pertengahan dalam melakukan amalan dan berusaha melakukan suatu amalan sesuai dengan kemampuan. Karena amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang rutin dilakukan walaupun itu sedikit.”

Hasan Al-Bashri berkata: ”Wahai kaum muslimin, rutinlah dalam beramal, rutinlah dalam beramal. Ingatlah! Allah tidaklah menjadikan akhir dari seseorang beramal selain kematiannya… Jika syaithon melihatmu terus-menerus dalam melakukan amalan ketaatan, dia pun akan menjauhimu. Namun jika syaithon melihatmu beramal kemudian engkau meninggalkannya setelah itu, malah melakukannya sesekali saja, maka syaithon pun akan makin giat menggodamu.” Wallahu a’lam bish-shawabi. (http://inilahrisalahislam.blogspot.com).*

Monday, April 20, 2015

Keep Smile karena Senyum Memberimu Kekuatan

Senyum Memberimu Kekuatan
SENYUM itu sedekah. Senyum itu ibadah dan kebaikan. Selain berpahala, senyum juga menyehatkan. Senyum itu sama dengan olahraga ringan selama 20 menit! Senyum itu menebar kasih, kebahagiaan, dan keakraban.

Dalam Public Speaking, senyum menjadi hal utama yang wajib dilakukan untuk relaksasi, mengatasi ketegangan atau grogi. Senyum melancarkan aliran darah.

Begitu pentingnya senyum, Islam pun memberikan perhatian khusus soal "setengah tertawa" ini.

"Senyum kalian bagi saudaranya adalah sedekah,” jelas Nabi Muhammad Saw dalam hadits populer Riwayat Tirmizi dan Abu Dzar. "Tersenyum ketika bertemu saudaramu adalah ibadah," sabda beliau dalam hadits yang lain (HR Trimidzi, Ibnu Hibban, dan Baihaqi).

Rasulullah Saw mengingatkan juga: “Jangan meremehkan sedikit pun dari amal kebaikan, meski hanya sekadar bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri (senyum)” (HR. Muslim).

Menurut ilmu kesehatan, olahraga terbaik dan paling efektif untuk wajah adalah dengan tersenyum. Selain bisa mengurangi lemak pada wajah, tersenyum juga bisa mencegah munculnya kerutan pada wajah.

Dengan menggerakan satu kali senyum, maka ribuan urat saraf yang terdapat dalam seluruh tubuh mengalami pergerakan. Senyum membuat otot di wajah lebih kencang.

Wajah paling "sangar" sekalipun akan senantiasa tampak manis dan cantik kalau pemilik wajah tersenyum. Bagaimanapun, senyum jauh lebih utama daripada cemberut.

Konon, senyum juga bisa mengobati hati yang terluka atau tersakiti. Senyum membuat kita lebih ikhlas. Senyum memberi kesabaran, menguatkan jiwa!

Menurut Wikipedia, dalam fisiologi, senyum adalah ekspresi wajah yang terjadi akibat bergeraknya atau timbulnya suatu gerakan di bibir atau kedua ujungnya, atau pula di sekitar mata. Kebanyakan orang senyum untuk menampilkan kebahagian dan rasa senang.

Menurut Dr. Aidh al-Qarni dalam buku best sellernya, La Tahzan, kata "senyum" adalah kata yang indah dan menarik hati, menyenangkan, dan menggembirakan. Maka, tersenyumlah….! Keep smile...!

"Senyum adalah sedekah yang paling mudah. Senyum di waktu susah, tanda ketabahan. Senyuman itu tanda keimanan. Hati yang gundah terasa senang. Bila melihat senyum, hati ‘kan tenang . Tapi senyumlah seikhlas hati, senyuman dari hati jatuh ke hati,” kata Raihan dalam nasyidnya, Senyum. Wallahu a’lam bish-shawabi. (http://inilahrisalahislam.blogspot.com).*

Sunday, April 19, 2015

Muslim yang Baik Hindari Hal 'Gak Penting'

kucing tidur gak penting
MUSLIM yang baik akan selalu berusaha meninggalkan kesia-siaan atau menjauhi hal-hal yang gak penting dan tidak bermanfaat.  Orang beriman akan selalu berikhtiar mengisi waktu dengan kegiatan bermanfaat bagi diri dan orang lain, serta membawa dampak positif di dunia dan di akhirat.

Diriwayatkan dari Abi Hurairah, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:

“Termasuk dari kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak penting baginya.” (HR Tirmidzi).

Imam Ibnu Rajab mengatakan dalam Jami'ul 'Ulum wal Hikam:

"Sesungguhnya barangsiapa yang baik Islamnya pasti ia meninggalkan ucapan dan perbuatan yang tidak penting/bermanfaat baginya. Ukuran penting atau bergunanya itu tentu ditimbang dari syari'at, bukan menurut rasio atau akal, atau hawa nafsu.”

Umar bin Abdul Aziz berkata:
“Barangsiapa yang membandingkan antara ucapan dan perbuatannya, maka ia tidak akan berbicara kecuali hanya dalam hal yang penting saja.”

Imam Ibnu Qoyyim dalam Ad-Daa'u wad Dawaa' berkata, menjaga lisan dimaksudkan agar seseorang jangan sampai mengatakan hal yang sia-sia.

Bila hendak berkata, maka hendaknya dipikirkan apakah ada manfaat bagi dien/agamanya. Apakah akan terdapat manfaat dari apa yang diucapkannya itu?

Jika bermanfaat, maka katakan lagi, adakah kata-kata yang lain yang lebih bermanfaat atau tidak? Demikian Ibnu Qoyyim menegaskan hadits Rasul bahwa Muslim yang baik akan mengindari hal-hal yang sia-sia alias "gak penting". Wallahu a’lam bish-shawabi. (Sumber: Perpustakaan-Islam).*

Tuesday, April 14, 2015

Hukum Instal Aplikasi & Ringtone Al-Quran di HP (SmartPhone)

 Aplikasi & Ringtone Al-Quran
BAGAIMANA hukumnya memasang atau instal Software Aplikasi Al-Quran di HP atau SmartPhone? Apa hukumnya memasang Ringtone Suara Ngaji? Mengingat ‘kan Al-Quran itu disucikan dan diagungkan. Apakah hal tersebut diperbolehkan?

JAWAB: Sejauh ini kami berpendapat memasang aplikasi Al-Quran di HP boleh (mubah). Kami belum menemukan dalil yang melarangnya.

Menurut kami, menyimpan nash Al-Quran dalam HP sama hukumnya dengan menyimpannya di dalam komputer, yakni sama-sama boleh, asalkan tujuannya baik, yaitu untuk memudahkan kita ketika hendak membacanya atau mendengarkannya.

Salah satu ulama yang pernah membahas masalah ini adalah ulama Arab Saudi, Syaikh Dr. Shalih ibn Fauzan ibn Abdullah (Syeikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan).

Dalam sebuah fatwanya ia membolehkan menyimpan mushaf Al-Quran dalam HP dan membaca darinya (www.alfawzan.ws).

Hukum Ringtone Al-Quran

Lain halnya jika menggunakan Al-Quran sebagai nada dering (ringtone). Hal itu dilarang karena Al-Quran tidak diturunkan untuk yang demikian dan ini bukan termasuk memuliakan syiar-syiar Allah.

Jika suara bacaan Al-Quran digunakan sebagai ringtone, sama saja dengan memperlakukannya seperti nada dering, musik, atau lagu pada umumnya. Sedangkan Al-Quran sangat mulia, jauh lebih mulia.

Ditegaskan Syeikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan:

"Tidak boleh menggunakan dzikir-dzikir, khususnya Al-Quran Al-Karim dalam handphone sebagai ganti dari nada dering yang muncul ketika ada yang mau berbicara. Hendaknya memasang nada dering biasa, yang tidak ada musiknya, seperti nada dering jam, atau suara lonceng yang ringan. Adapun menggunakan dzikir , Al-Quran, dan adzan maka ini termasuk berlebih-lebihan dan termasuk penghinaan terhadap Al-Quran dan dzikir-dzikir tersebut. Demikian pula ketika memasuki kamar kecil/WC, hendaknya program Al-Qurannya dimatikan.” Wallahu a’lam bish-shawabi.*

Monday, April 13, 2015

Kisah Sedekah Pemilik Kebun

Kisah Sedekah Pemilik Kebun
Berbuat baik kepada apa pun makhluk bernyawa mendapatkan pahala. Bahkan berbuat baik kepada seekor anjing sekalipun!

ABU Hurairah r.a. berkata, Nabi Saw bersabda, ketika seseorang sedang berada di padang pasir, tiba-tiba ia mendengar suara dari awan, “Curahkanlah ke kebun Fulan.”

Maka bergeraklah awan itu, kemudian turun sebagai hujan di suatu tanah yang keras berbatuan. Lalu, salah satu tumpukan dari tumpukan bebatuan tersebut menampung seluruh air yang baru saja turun, sehingga air mengalir ke suatu arah.

Ternyata, air itu mengalir di sebuah tempat di mana seorang laki-laki berdiri di tengah kebun miliknya sedang meratakan air dengan cangkulnya.

Lalu orang tersebut bertanya kepada pemilik kebun, “Wahai hamba Allah, siapakah namamu?” Ia menyebutkan sebuah nama yang pernah didengar oleh orang yang bertanya tersebut dari balik mendung.

Kemudian pemilik kebun itu balik bertanya kepadanya, “Mengapa engkau menanyakan nama saya?” Orang itu berkata, “Saya telah mendengar suara dari balik awan, ‘Siramilah tanah Si Fulan,’ dan saya mendengar namamu disebut. ”Apakah sebenarnya amalanmu (sehingga mencapai derajat seperti itu)?”

Pemilik kebun itu berkata, “Karena engkau telah menceritakannya, saya pun terpaksa menerangkan bahwa dari hasil (kebun ini), sepertiga bagian langsung saya sedekahkan (infak) di jalan Allah swt., sepertiga bagian lainnya saya gunakan untuk keperluan saya dan keluarga saya, dan sepertiga bagian lainnya saya pergunakan untuk keperluan kebun ini.” (HR. Muslim).

Dari Abu Hurairah r.a., Nabi saw. bersabda, “Seorang wanita pezina telah diampuni dosanya karena ketika dalam perjalanan, ia melewati seekor anjing yang menengadahkan kepalanya sambil menjulurkan lidahnya hampir mati karena kehausan.

Maka, wanita tersebut menanggalkan sepatu kulitnya, lalu mengikatkannya dengan kain kudungnya, kemudian anjing tersebut diberi minum olehnya. Maka dengan perbuatannya tersebut, ia telah diampuni dosanya.”

Seseorang bertanya, “Adakah pahala bagi kita dengan berbuat baik kepada binatang?” Beliau saw. menjawab, “Berbuat baik kepada setiap yang mempunyai hati (nyawa) terdapat pahala.” (Muttafaq ‘alaih). Wallahu a’lam bish-shawabi.*

Saturday, April 4, 2015

Membersihkan Najis Air Seni Anak Kecil

Membersihkan Najis Air Seni Anak Kecil
Cara Membersihkan Najis Air Seni Anak Kecil

Assalamualaikum... mau tanya klo kita sedang memangku anak kecil pada saat mau berangkat kerja dan terkena hadast kecil (air seni), apakah kita bisa berganti baju saja ataukah harus mandi lagi dan mengganti baju, minta penjelasannya nuhun. (tedd)

JAWAB: Wa'alaikum salam wr wb. Yang terbaik adalah mengganji baju dan membasuh anggota badan yang terkena air seni itu, atau cukup mencuci bagian baju dan membasuh anggota badan yang terkena air seni.

Air kencing bayi laki-laki yang hanya minum susu ibunya adalah najis ringan (mukhaffafah). Untuk membersihkannya cukup dengan memercikkan air atau menyiramkannya di atas bagian yang terkena najis, tanpa dikucek dan tanpa diperas.

Nabi Saw pernah memangku anak kecil. Tiba-tiba anak itu kencing di pangkuan beliau. Beliau meminta air dan memercikkan di atasnya, tanpa mencucinya.(HR Bukhori dan Muslim).

Jika umur si anak sudah lebih dari dua tahun, maka air ken­cingnya wajib dibasuh dengan air, walaupun ia belum memakan makanan selain susu ibu (ASI).

Begitu juga, wajib membasuh air kencingnya bila anak tersebut telah memakan makanan selain susu, walau­pun hanya memakan sekali. 

Namun, jika makanan selain susu yang dimakan itu bukan dimaksudkan sebagai makanan, misalnya sebagai obat, maka cukup membersihkannya dengan memercik­kan air, sekalipun obat itu terbukti berfungsi sebagai makanan juga.

Sedangkan untuk bayi perempuan, air kencingnya harus dicuci, karena hukum asal air kencing adalah najis, maka harus dicuci. Wallahu a'lam bish-showabi.*