Tuesday, March 10, 2015

Menggerakkan Jari Telunjuk saat Tahiyat dalam Sholat

Menggerakkan Jari Telunjuk saat Tahiyat dalam Sholat
Hukum Menggerakkan Jari Telunjuk saat Tahiyat dalam Sholat

TANYA:
Apakah jari telunjuk itu degerakkan sejak awal doa tahiyat (awal n akhir) atau pas kita membaca syahadat? Terima kasih.wass.

JAWAB: Sebelumnya, menggerakkan jari telunjuk saat tahiyah dalam shalat itu "tidak harus" alias "tidak wajib" karena tidak termasuk rukun shalat dan bukan syarat sah shalat. Artinya, boleh dilakukan, boleh juga tidak. Bebas lah...

Menggerakkan jari telunjuk boleh dilakukan sejak awal tasyahud, boleh juga sejak doa tahiyat.

Sebagian ulama berpendapat, menggerakkan jari telunjuk tidak dimulai dari awal tasyahud, tetapi dimulai dari awal do’a. Pendapat ini juga dipegang oleh Syaikh Ibnu Utsaimin dalam kitabnya, Fatawa Arkanul Islam:

Menggerakkan jari telunjuk dilakukan pada waktu berdoa, bukan di semua waktu tasyahud. Jika kamu berdoa di waktu tasyahud, maka gerakkan jari telunjukmu, seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits, "Menggerakkannya seraya berdoa dengannya...."

Tempat-tempat berdoa dalam tasyahud adalah: "Assalamu 'alaika ayyuha an-nabiyu wa rahmatullah wa barakatuhu. Assalamu 'alaina wa 'ala ibadillahi Ash-Shalihin. Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad… dst.”

Kalangan ulama Syafi’iyah berpendapat, memberi isyarat dengan jari telunjuk hanya dilakukan sekali saja, yaitu waktu membaca "Illallohu" ketika syahadah.

Madzhab Imam Abu Hanifah berpendapat, mengangkat jari telunjuk itu ketika dalam syahadah, yaitu ketika membaca "La Ilaha" dan meletakkannya kembali ketika membaca "Illallahu".

Madzhab Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat memberi isyarat dengan jari telunjuk ketika menyebut nama Allah tanpa menggerakkannya.

Menggerakkan secara terus-menerus dari awal tasyahud dikemukakan Syaikh Al-Albani dalam kitabnya, Fi Shifat Ash-Shalat:

“Disunnahkan untuk terus berisyarat dengan telunjuk dan menggerak-gerakannya sampai salam, karena do’a dilaksanakan sebelum salam dan ini juga merupakan pendapat Imam Malik dan yang lainnya.” Wallahu a’lam bish-shawabi.*

Hukum Shalat Tahajud Berjamaah

Hukum Shalat Tahajud Berjamaah
Bagaimana Hukumnya Sholat Tahajud Berjamaah? Apakah ada contohnya dari Rasulullah Saw?

TANYA:
Assalamualaikum,... mau nanya... kalau sholat malem (tahajjud) itu apa boleh dkerjakan berjama'ah layaknya solat wajib, trus sbelum/sesudah'a tahajud apa ada sholat sunah lagi yg hrs dkerjakan? 

Bacaan surat'a apa bebas, dtunggu jwbn'a segera. 

Maaf 1 lagi. kalau sudah selesai tahajjud. memperbanyak bacaan apa? Wassalam

JAWAB: Wa’alaikum salam wr. Wb. Rasulullah Saw tidak memerintahkan atau menganjurkan shalat tahajud secara berjamaah, tetapi sendiri (munfarid).

Shalat sunah yang disyari’atkan dan dicontohkan Rasul Saw adalah shalat tahajud bulan Ramadhan, yakni Shalat Tarawih, itu pun (tarawih berjamaah di masjid) hanya dilakukan beliau pada hari pertama dan kedua, selanjutnya beliau kerjakan sendiri di rumah.

"Dari Aisyah Ra. sesungguhnya Rasulullah SAW pada suatu malam pernah melaksankan sholat kemudian orang-orang sholat dengan sholatnya tersebut, kemudian beliau sholat pada malam selanjutnya dan orang-orang yang mengikutinya tambah banyak kemudian mereka berkumpul pada malam ke tiga atau keempat dan Rasulullah SAW tidak keluar untuk sholat bersama mereka. Dan di pagi harinya Rasulullah SAW berkata, “Aku telah melihat apa yang telah kalian lakukan dan tidak ada yang menghalangiku untuk keluar (sholat) bersama kalian kecuali bahwasanya akau khawatir bahwa shalat tersebut akan difardukan.” Rawi hadits berkata, “Hal tersebut terjadi di bulan Ramadhan.” (HR Bukhori dan Muslim).

Selain shalat sunat Tarawih, yang disyari;atkan berjamaah adalah shalat sunat Istisqa (mohon hujan), shalat Id, salat gerhana, salat istisqa, dan salat witir pada bulan Ramadhan.

Jika shalat tahajud berjamaah itu lebih baik, tentu Rasulullah Saw dan para sahabat akan lebih dahulu mengacarakannya dan mendawamkannya.

Jadi, pada dasarnya, shalat sunah berjamaah pada selain yang disebutkan di atas, harus dikerjakan secara sendiri-sendiri.

Tidak Ada Larangan
Namun, juga tidak ada larangan jika shalat tahajud dilakukan secara berjamaah.

Sebagian ulama membolehkan tahajud berjamaah, berdasarkan hadits Ibnu Abbas. Ia tidur pada suatu malam di rumah Rasulullah, lalu Rasulullah bangun untuk mengerjakan shalat malam, maka Ibnu Abbas pun bangun dan berdiri di sisi kiri Rasulullah, lantas Rasulullah menarik kepalanya dari belakangnya, lalu menjadikannya berdiri di sisi kanan Rasulullah. (HR. Bukhari).

Hanya saja, patut digarisbawahi, dalam kasus di atas, Ibnu Abbas bermakmum setelah Nabi Saw mulai shalat. Sekiranya Nabi akan mencontohkan tahajud berjamaah, tentu beliau mengajak sejak awal kepada Ibnu Abbas untuk shalat tahajud secara berjamaah.

Hal itu diperkuat dengan hadits: Rasulullah Saw pernah menganjurkan salat tahajud kepada Fatimah dan Ali bin Abi Thalib. Bahkan secara sengaja beliau datang ke rumahnya. Tetapi hal itu tidak disertai ajakan berjamaah (HR. Bukhari).

Jadi, Rasulullah Saw tidak pernah sengaja tahajud berjamaah, apalagi sampai mengajak atau menganjurkan. Bahkan Rasul menganjurkan shalat sunah itu di rumah (sendirian). “Shalatlah di rumah-rumah kalian karena sesungguhnya sebaik-baik shalat seseorang itu di rumahnya selain Salat Wajib” (HR. Al-Bukhari  dan Muslim).
Bacaan Surat dalam Shalat Tahajud
Surat yang dibaca Rasulullah Saw dalam shalat tahajud adalah raka’at pertama setelah Al-Fatihah membaca QS. Al-Baqarah:284-286.

Pada raka’at kedua setelah membaca Al-Fatihah adalah QS. Ali Imron 18-19 dan 26-27. Namun, jika belum hafal ayat-ayat tersebut, tentu saja boleh membaca surat yang lain yang sudah dihafal.

Doa yang dibaca setelah shalat tahajud adalah doa keselamatan dan mohon ampunan. Rasul misalnya membacaRabbanaa aatina fid-dun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa adzaaban-naar” (Ya Allah Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan hindarkanlah kami dari siksa api neraka) dan “Astagfirullaahal azhim wa atuubu ilaiih” (Aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung dan aku pun bertaubat kepada-Nya). Wallahu a’lam bish-shawabi.*

Sunday, March 1, 2015

Kunci Kebaikan & Ketenangan Jiwa Itu Bernama Dzikir

Kunci Kebaikan & Ketenangan Jiwa Itu Bernama Dzikir, senantiasa mengingat Allah, menghadirkan Allah dalam hati. Dzikir akan memandu perbuatan baik, sekaligus mendatangkan ketentraman batin. Dzikir terbaik adalah dengan suara lembut, dalam hati, tidak keras-keras.

dzikir ingat allah
DZIKIR adalah penentram jiwa, sumber kebaikan, mengundang pahala yang besar, pengusir setan, menghidupkan hati, penolak siksa Allah, ibadah paling mudah, dan tanaman surga.

Dzikir (meningat Allah SWT) adalah amalan terbaik yang mendekatkan diri seorang Muslim kepada Allah SWT. Dengan dzikir, ia selalu mengingat perintah dan larangan-Nya, juga mengingat yang disukai dan dibenci-Nya, sehingga ia pun senantiasa berlaku kebakan dan menjauhi kemaksiatan.

Inginkah kalian aku beritahu amalan kalian yang terbain dan tersuci serta tertinggi pada derajat kalian, ia lebih baik dari berinfak emas dan perak dan lebih baik dari kalian menjumpai musuh lalu kalian memenggal kepalanya dan mereka memenggal kepala kalian?” Mereka menjawab:’ ya’, lalu Rasululloh menjawab: “Dzikrullah”“. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

KEUTAMAAN DZIKIR
Berikut ini beberapa keutamaan dan faidah dzikir:

1. Penentram jiwa.
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Arra’du :28)

2. Pahala yang besar.
“...Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, maka Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Ahzaab. :35)

3. Pengusir setan.
Dan Aku (Yahya bin Zakariya) memerintahkan kalian untuk banyak berdzikir kepada Allah. Permisalannya itu seperti seseorang yang dikejar-kejar musuh lalu ia mendatangi benteng yang kokoh dan berlindung di dalamnya. Demikianlah seorang hamba tidak dapat melindungi dirinya dari syeitan kecuali dengan dzikir kepada Allah.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

4. Menghidupkan hati. 
“Dzikir bagi hati seperti air bagi ikan, lalu bagaimana keadaan ikan jika kehilangan air?’ (Ibnu Taimiyah).

5. Penolak siksa Allah. 
Tidaklah seorang manusia mengamalkan satu amalan yang lebih menyelamatkan dirinya dari adzab Allah dari dzikrullah.” (HR Ahmad).

6. Ibadah paling mudah. 
“Dzikir adalah ibadah yang paling mudah namun paling agung dan utama, karena gerakan lisan adalah gerakan anggota tubuh yang paling ringan dan mudah...” (Ibnul Qayim).

7. Tanaman surga.
Aku berjumpa dengan Ibrohim pada malam isra’ dan mi’roj, lalu ia berkata: “Wahai Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu dan beritahulah mereka bahwa syurga memiliki tanah yang terbaik dan air yang paling menyejukkan. Syurga itu dataran kosong (Qai’aan) dan tumbuhannya adalah (dzikir) Subhanallahi Wala ilaha illa Allah wallahu Akbar.” (HR. Tirmidzi).

Dzikir adalah amalan hati, amaliyah qolbiyah. Orang yang lisannya mengucapkan lafadz dzikir, seperti takbir, tahlil, tahmid, dan kalimah thayibah lainnya, belum bentu hatinya berdzikir. Sering antara lisan dan hati "tidak sejalan".

Maka, utamakan dzikir dalam hati, menghadirkan Allah dalam diri, bukan "teriak-teriak" dengan Asma Allah, namun hatinya entah ke mana.

Dzikir terbaik adalah dengan suara lembut, dalam hati, tidak keras-keras.

Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu, dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf:205). Wallahu a’lam bish-shawabi.*