Saturday, January 25, 2014

Bahaya Hasad, Dengki, alias Iri Hati

Jauhi iri dengki! Inilah bahaya hasad, dengki, alias iri hati sebagaimana dijelaskan risalah Islam sebagai pedoman bagi kaum Muslim. Hasad termasuk penyakit hati.

Hasad adalah sikap tidak senang melihat orang lain mendapatkan nikmat atau kesenangan. Istilahnya, iri itu sedih melihat orang lain senang dan senang melihat orang lain sedih. Hasad juga berarti menginginkan hilangnya nikmat dari orang lain supaya berpindah kepadanya.

Susah jika orang lain senang, senang jika orang lain susah
Asal sekadar tidak suka atau benci orang lain mendapatkan nikmat, itu sudah dinamakan hasad. “Hasad adalah sekadar benci dan tidak suka terhadap kebaikan yang ada pada orang lain yang ia lihat.” (Ibnu Taimiyah).
Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya 'Ulumuddin, hasad ialah membenci nikmat Allah SWT yang ada pada diri orang lain, serta menyukai hilangnya nikmat tersebut.
Hasad adalah sifat iblis. Ia merupakan dosa yang pertama dilakukan iblis yang enggan menghormati Nabi Adam.

Orang hasad tidak akan pernah tenang, selalu resah melihat orang lain yang lebih darinya.
Hasad merusak amal saleh, melenyapkan kebaikan, sekaligus memunculkan keburukan seperti merusak persahabatan dan ukhuwah.
Jauhilah oleh kamu sekalian sikap hasad (dengki), karena sesungguhnya sikap hasad itu memakan (menghabiskan) kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan (menghabiskan) kayu bakar“. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

Janganlah kamu sekalian saling iri, saling membenci, saling memata-matai, saling membukakan ‘aib, saling tipu, dan saling menjatuhkan, tapi jadilah kamu sekalian hamba Allah yang bersaudara“. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Hasad yang Dibolehkan
Ada hasad yang dibolehkna, disebut ghibtah, yaitu iri dengan amal kebaikan yang dilakukan orang lain sehingga mendorongnya melakukan kebaikan yang sama, misalnya dalam hal membaca Al-Quran dan gemar bersedekah.

“Tidak boleh hasad kecuali dalam dua hal, yaitu (hasad kepada) orang-orang yang diberi kemampuan (membaca) al-Quran oleh Allah, lalu dia menegakkan (melaksanakan membaca) al-Quran baik diwaktu siang ataupun malam dan (hasad kepada) orang-orang yang diberi harta oleh Allah lalu dia infakkan baik diwaktu malam ataupun diwaktu siang“. (HR Muslim).

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud r.a., ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Tidak boleh hasad kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu, ia menunaikan dan mengajarkannya.” Wallahu a’lam bish-shawabi.*

Saturday, January 18, 2014

Keutamaan Mengucapkan Subhanallah

Subhanallah
Subhanallah (diucapkan: subhanawlooh) artinya Mahasuci Allah. Ini kalimat tasbih, yaitu menyucikan atau menegaskan kesucian Allah Swt. Kata Subhanallah diucapkan seorang Muslim, khususnya saat mendengar atau melihat hal buruk, sehingga maknanya menjadi "Mahasuci Allah dari keburukan demikian".

Secara umum, Islam menegaskan, dzikir Subhanallah dilakukan oleh seluruh makhluk-Nya.

"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka..." (QS. Al-Isra:44).

Makna Tasbih Subhanallah
Tasbih, yakni kalimat/ucapan “Subhanallah” (Mahasuci Allah), termasuk kalimah thayibah yang sangat disukai Allah SWT. Seorang Muslim yang mengucapkannya berarti mengakui ke-Mahasuci-an Allah sekaligus refleksi keimanan.

Tasbih juga merupakan ungkapan kekaguman kepada keindahan, keunikan, ataupun kebaikan ciptaan Allah SWT. Maka, ucapkan “Subhanallah” saat kita mengagumi ciptaan-Nya!

Makna tasbih adalah penyucian Allah dari semua sifat yang tidak layak disandarkan kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an terdapat 8 surat yang dibuka dengan tasbih. Kata “subhan” (Mahasuci) disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 25 kali untuk menetapkan sifat terpuji bagi Allah SWT atau menafikan Allah dari sifat tercela.

Keutamaan Tasbih: Mengucapkan Subhanallah
Bacaan tasbih dapat mengundang ampunan Allah SWT, menghapus keburukan, dan memenuhi timbangan amal kebajikan.

Rasulullah Saw bersabda: “Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu mendapatkan seribu kebaikan tiap hari?” Salah seorang di antara yg duduk bertanya: “Bagaimana di antara kita bisa memperoleh seribu kebaikan ?” Rasul bersabda: “Hendaklah dia membaca 100 tasbih ,maka ditulis seribu kebaikan baginya atau seribu kejelekannya dihapus” (HR Muslim).

“Barangsiapa membaca: Subhaanallaahi ‘azhiim wabihamdih maka ditanam untuknya sebatang pohon kurma di Surga.” (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim).

"Barangsiapa mengucapkan, ‘Subhaanallaahi wa bihamdih' (Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya),' seratus kali dalam satu hari, di ampunilah dosa-dosanya, walaupun dosa dosanya itu sebanyak buih di lautan." (HR Al-Bukhari).

“(Ucapan) Alhamdulillah memenuhi Mizan (timbangan amal kebaikan), dan Subhanallah serta Alhamdulillah keduanya memenuhi apa yang ada diantara langit dan bumi.” (HR. Muslim).

“Ucapan yang paling Allah sukai itu adalah empat: Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Ilaaha Illa Allah, Allahu Akbar. Tidak ada bahaya dari mana pun kamu mulai (HR. Muslim).

Tasbih juga bagian dari dzikir atau mengingat Allah SWT. Hanya dengan mengingat Allah jiwa kita menjadi jernih dan pikiran kita akan menjadi bersih.

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d : 28). Wallah a’lam bish-shawabi.*

Monday, January 13, 2014

Kasih Sayang Sesama Muslim

kasih sayang sesama Muslim
KASIH sayang sesama Muslim adalah bagian dari karakteristik atau watak umat Islam. Kasih sayang juga bagian dari akhlak mulia (akhlaqul karimah, khuluqil adhim) sebagaimana dimiliki dan dicontohkan Rasulullah Saw.

“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. 68:4).

Kasih sayang menimbulkan sikap lemah-lembut, termasuk dalam berdakwah atau 'amar ma'ruf nahyi munkar. Berkat sikap penuh kasih dan kelembutan ini pula, Rasulullah Saw berhasil dalam mengemban risalah Islam.

“Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159).

Umat Islam wajib meneladani kasih sayang, kelemahlembutan, dan semua perilaku agung Rasulullah Saw.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab:21).

Umat Islam wajib berkasih sayang terhadap sesama Muslim. Sikap keras hanya berlaku dalam peperangan dan penegakkan hukum, termasuk menghadapi kaum kafir yang memerangi umat Islam.

“Dan orang-orang yang bersama dengan dia (Muhammad) adalah keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang dengan sesama mereka” (Q.S. Al-Fath:29).

Banyak ayat Al-Quran dan hadits yang menggambarkan kasih sayang sesama Muslim.

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara...” (Q.S. Al-Hujurat:10).

"Sesama orang mukmin itu bagaikan satu bangunan (kal bunyan) yang saling meguatkan" (H.R. Bukhari).

“Tidak beriman seorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim).

"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kasih-mengasihinya, sayang-menyayanginya, dan santun-menyantuninya, bagaikan satu tubuh (kal jasadil wahid) yang jika satu anggotanya menderita sakit maka menderita pula keseluruhan tubuh..." (H.R. Muslim).

Maka, tidak sepatutnya sesama Muslim saling bermusuhan, saling membenci, saling mendengki, saling menjatuhkan, dan sejenisnya. Sebaliknya, sesama Muslim harus saling menguatkan, mempererat persaudaraan, berkasih sayang, dan bersatu-padu dalam menjalankan risalah Islam dan mendakwahkannya.
Wallahu a'lam.*

Monday, January 6, 2014

Saat Sujud Dahi Terhalang Rambut

sujud dalam shalat
Apa benar kalau kita sujud dalam shalat, rambut itu tidak boleh menghalangi jidat (dahi) dengan tempat sujud kita? Kebetulan saya kala sholat ga’ pake peci. mksh.

JAWAB: Ada dua pendapat. Pendapat pertama, rambut, pakaian, mukena, kain, atau peci atau apa pun tidak boleh menghalangi/menutupi dahi saat sujud.  Ini pendapat madzhab Syafi’iyah dan salah satu riwayat pendapat Imam Ahmad. Berdasarkan hadits:

Sesungguhnya Rasulullah Saw menyuruh sujud dengan tujuh anggota badan. Beliau melarang melapisi dahinya dengan rambutnya atau pakaiannya.” (HR. Syafi’i).

Hadits senada juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad, Imam At-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan lain-lain.

Pendapat kedua, ini pendapat mayoritas ulama, dibolehkan sujud dalam keadaan anggota sujudnya tertupi pakaian yang dikenakan ketika shalat. Seperti, sujud dalam keadaan peci menutupi dahi. Ini pendapat madzhab Hanafiyah, Malikiyah, dan Hambali– dan pendapat para ulama sebelum masa mereka, seperti Atha’, Thawus, an-Nakha’i, asy-Sya’bi, al-Auza’i, dsb. Pendapat kedua ini insya Allah lebih kuat berdasarkan beberapa dalil berikut:

"Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan: Kami pernah shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di hari yang sangat panas. Jika ada sahabat yang tidak mampu untuk meletakkan dahinya di tanah, mereka membentangkan ujung bajunya, kemudian bersujud." (HR. Bukhari dan Muslim)

"Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan, Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat dengan satu pakaian, yang beliau gunakan untuk membungkus dirinya. Beliau gunakan ujung-ujung pakaiannya untuk menghindari panas dan dinginnya tanah" (HR. Ahmad dan dinilai hasan li ghairihi oleh Syuaib al-Arnauth). Wallahu a’lam.*