Friday, December 27, 2013

10 Sifat yang Dibenci Allah SWT

Kikir, sombong, riya adalah bagian dari 10 akhlak tercela (akhlaqul madzmumah) atau sifat yang sangat dibenci Allah SWT. Karena dibenci-Nya, maka kita wajib menjauhi ke-10 sifat atau perilaku yang tidak baik ini.

10 Sifat yang Dibenci Allah SWT
Ulama ahli bijak, sebagaimana dikemukakan dalam kitab Nashaihul Ibad karya Imam Nawawi Al-Bantani,
 berkata: "Ada sepuluh sifat yang dibenci Allah, yang timbul dari sepuluh macam orang, yaitu:

1. Sifat bakhil (kikir, pelit) orang kaya
Terlalu sayang sama harta, sehingga pelit banget. Dia lupa harta itu bisa diambil Sang Pemilik Hakiki, Allah Swt, kapan saja. Dia lupa, harta itu justru menjadi sarana ibadah harta --zakat, infak, sedekah, membantu kaum dhuafa, mendukung dakwah, dll.
2. Kesombongan orang fakir.
Orang kaya sombong bisa dibilang "normal", tapi kalau orang fakir sombong? Termasuk sombong (takabur) adalah tidak mau menerima kebenaran, tidak mau menerima nasihat, dan tidak mau berdoa kepada Allah SWT.

3. Ketamakan ulama.
Ulama harus memberi teladan kepada umat Islam untuk bersikap sederhana, tidak rakus atau tamak. Ulama merupakan tokoh panutan umat.

4. Tidak punya rasa malu yang timbul dari kaum wanita.
Kaum wanita yang tidak punya rasa malu misalnya yang tidak menutup aurat, tidak berbusana Muslimah. 

5. Cinta dunia orang tua renta (kakek-kakek).
Orang yang sudah tua, mestinya lebih tekun beribadah, bukan mencintai dunia (hubbud dunya) dalam pengertian lebih mengutamakan kehidupan dunia ketimbang akhirat.

6. Kemalasan yang timbul dari anak muda (kaum remaja).
Anak muda mestinya punya semangat lebih ketimbang orang tua. Masa muda masanya berapi-api untuk menimba ilmu dan keterampilan demi masa depan, juga dalam hal ibadah.

7. Kezhaliman penguasa.
Pejabat korup, menyalahgunakan kekuasaan, hanya memikirkan kekayaan, membela kelompoknya saja, dan tidak mengutamakan kepentingan rakyat adalah pejabat yang zhalim (aniaya).

8. Pengecut yang timbul dari anggota pasukan perang.
Pasukan jihad tidak boleh takut apa pun. Kematian bahkan menjadi hal yang dirindukan, yaitu mati syahid dengan imbalan kontan berupa surga.

9. 'Ujub yang timbul dari kalangan orang-orang zuhud.
Orang zuhud artinya tidak terlalu memikirkan kesenangan duniawi. Ia fokus beribadah. Jikapun kaya, kekayaannya untuk beribadah. Namun, terkadang orang zuhud merasa lebih mulia ketimbang orang lain sehingga muncul sikap ujub, berbangga diri.

10. Riya' yang timbul dari kalangan ahli ibadah.
Riya' adalah sikap ingin dipuji atau dilihat orang lain. Ibadah harus ikhlas, hanya untuk Allah SWT, bukan mencari pujian orang. Riya' termasuk syirik kecil, karena menyekutukan Allah dalam ibadahnya. Wallahu a'lam.*

Wednesday, December 18, 2013

Hamil di Luar Nikah, Apa Hukumnya?

Pa Ustad Sya Mau Bertanya, Klu Sya Hamil Di Luar Nikah Apa Hukum'Nya (Trims)Kasih Pa Ustad

JAWAB: Hukumnya Anda telah melakuka dosa besar, yakni dosa zina. Segeralah bertobat dan tidak mengulangi perbuatan itu.

Status anak Anda pun ”tanpa ayah” karena anak hasil zina hanya dinasabkan kepada Anda (ibunya), meskipun pasangan zina Anda menikahi Anda, anak Anda tetap berstatus tanpa ayah. Hikmahnya, jauhi zina karena berdampak buruk kepada banyak orang, termasuk anak hasil zina. Wallahu a’lam.*

Sunday, December 8, 2013

Etika Memberi Nasihat dan Kritik dalam Islam

Nasihat itu baik. Demikian juga kritik konstruktrif bagi perbaikan diri seseorang. Namun, nasihat dan kritik harus disampaikan dengan tidak tepat, terutama dalam hal cara (how) dan waktu (timing). Dalam Islam, nasihat harus disampaikan dengan bijak sehingga tidak mempermalukan.

Berikut ini etika memberi nasihat dalam Islam sebagaimana dikemukakan dalam Syarah ‘Arbain an-Nawawiyah.

Pertama, janganlah ikatan pertemanan, persaudaraan, dan lainnya yang ada di antara kita dengan orang lain membuat kita merasa enggan atau tidak enak hati untuk menasihati orang tersebut bila ia melakukan kemungkaran. Karena sesungguhnya, persaudaraan sejati adalah persaudaraan yang dilakukan karena Alloh, cinta dan benci pun karena Alloh.

Sahabat sejati bukanlah sahabat yang selalu membenarkan kita baik kita benar atau salah, akan tetapi sahabat sejati adalah sahabat yang mengingatkan kita ketika kita lupa, menegur kita ketika kita salah, dan menasihati kita kepada kebenaran dan mencegah kita dari kesesatan. Sungguh dewasa ini banyak orang yang meninggalkan nasihat-menasihati, maka semoga kita tidak menjadi bagian dari orang-orang tersebut.

Kedua, hendaklah nasihat itu dilakukan dengan cara yang baik, bukan dengan celaan dan hinaan, atau cara-cara kasar lainnya. Sungguh banyak manusia yang susah menerima nasihat, apalagi jika nasihat yang dilakukan dengan cara yang kasar, maka akan semakin kecil kemungkinan nasihat itu diterima.

Ketiga, hendaklah nasihat dilakukan bukan di depan umum atau di depan orang lain, akan tetapi lakukanlah nasihat dengan pribadi, dengan empat mata.

Sesungguhnya manusia tidak suka bila kesalahannya diketahui oleh orang lain, apalagi oleh orang banyak, maka jika engkau menasihati manusia di depan umum, maka seolah-olah engkau tengah membuka aibnya di depan umum, dan tentu orang tersebut akan tidak suka sehingga akan semakin kecil kemungkian dia menerima nasihatmu.

Keempat, tidak ada kewajiban bagi kita untuk memastikan seseorang yang kita nasihati untuk menerima nasihat kita. Kewajiban kita sebatas memberi nasihat sebaik mungkin, bila diterima itu yang terbaik baginya, dan bila ditolak maka itu urusannya dengan Robbnya.

Kelima, jangan lupa iringi nasihat dengan doa, agar orang yang kita nasihati mau kembali kepada kebenaran. Wallahu a’lam bish-showab.*